Saturday, February 10, 2018

4 Gaya Kepemimpinan

4 Gaya Kepemimpinan

        Tiap pemimpin tentu punya gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam memimpin timnya. Banyak yang berpikir bahwa pemimpin demokratis lebih baik daripada pemimpin yang otoriter. Padahal, tidak ada gaya memimpin yang baik atau pun buruk. Tiap gaya kepemimpinan akan menjadi baik jika dihadapkan pada situasi yang sesuai.

       Atasan yang tergolong control-freak memang cenderung tidak disukai. Gaya memimpin seperti ini memusatkan kekuatan dan pengambilan keputusan pada atasan saja, dan cenderung tidak mempertimbangkan masukan-masukan dari bawahan. Walaupun kedengarannya buruk, gaya kepemimpinan otoriter justru cocok diterapkan di situasi krisis yang memerlukan pengambilan keputusan secara cepat.

1. Gaya Pemimpin Otoriter
     Gaya memimpin yang otoriter juga cocok untuk pekerjaan yang sifatnya prosedural. Namun, bagaimana pun, otoritas yang berlebihan ini mematikan kreativitas karyawan dan cenderung membuat pemimpin menjadi abusive dan controlling.

2. Gaya Pemimpin Birokratis
      Gaya kepemimpinan birokratis adalah gaya memimpin yang sangat mengikuti aturan atau prosedur yang ada. Dengan gaya birokratis ini, konflik ide antara atasan dan bawahan dapat terhindarkan karena semuanya hanya harus mengikuti aturan yang sudah disusun. Gaya kepemimpinan birokratis sangat cocok diterapkan dalam mengelola pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis seperti mengoperasikan mesin.

       Namun, gaya ini tidak akan mengembangkan kreativitas dan inovasi para bawahan. Karyawan yang sangat imajinatif akan membenci gaya kepemimpinan ini.

3. Gaya Pemimpin Laissez Faire
         Laissez faire adalah istilah Perancis yang berarti leave it be. Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan ini memberikan keleluasaan kepada bawahannya untuk bekerja sendiri. Ia tetap memberikan saran serta petunjuk untuk bawahannya, namun membebaskan cara kerja atau deadline untuk ditentukan oleh bawahannya sendiri.

        Gaya memimpin yang bersifat laissez faire efektif diterapkan di situasi kerja yang berisi karyawan-karyawan yang ahli dan berpengalaman. Dengan gaya ini, karyawan akan sangat menjunjung kreativitas dan inovasi, dan atasan atau pemimpin akan punya lebih banyak waktu untuk fokus ke pekerjaannya sendiri.

      Namun, gaya kepemimpinan ini tidak bisa diterapkan jika karyawan-karyawan yang dibawahi tidak berpengalaman atau tidak bisa diandalkan.

4. Gaya Pemimpin Demokratis
      Gaya kepemimpinan demokratis menjunjung keseimbangan antara otoritas pemimpin dan partisipasi dari bawahan. Dengan gaya prinsip demokrasi, bawahan dan atasan bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang dihadapi. Tidak seperti gaya otoriter, dengan gaya kepemimpinan demokratis kedua belah pihak sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan.

       Namun, berdiskusi dengan prinsip demokrasi sangat memakan waktu, sehingga gaya memimpin ini tidak dapat diterapkan dalam situasi krisis di mana dibutuhkan pengambilan keputusan yang cepat.

No comments:

Post a Comment

35 Nama Provinsi dan Ibukota di Indonesia

35 Nama Provinsi dan Ibukota di Indonesia A. Pulau Sumatra 1. Nanggroe Aceh Darussalam / NAD (Daerah Istimewa) Ibu Kota Banda Aceh 2...