Sunday, January 28, 2018

Prinsip - prinsip Disiplin

Prinsip - prinsip Disiplin


Pemimpin Mempunyai Perilaku Positif
       
     Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan harus dapat mempertahankan perilaku yang positif sesuai dengan harapan staf.

Penelitian Yang Cermat
      Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus memahami akibatnya. Data dikumpulkan secara faktual, dapatkan informasi dari staf yang lain, tanyakan secara pribadi rangkaian pelanggaran yang telah dilakukan, analisa, dan bila perlu minta pendapat dari pimpinan lainnya. 

Kesegeraan Tindakan
        Pimpinan harus peka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahan sesegera mungkin dan harus di atasi dengan cara yang bijaksana. Karena, bila dibiarkan menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang akan ditegakkan dapat dianggap lemah, tidak jelas, dan akan mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi tersebut.

Lindungi Kerahasiaan (Privacy)
          Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena itu akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan tersendiri dengan suasana yang santai dan tenang. Kerahasiaan harus tetap dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi masa depannya.

Fokus Pada Masalah
            Pimpinan harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa kesalahan yang dilakukan tidak dapat dibenarkan.

Peraturan Dijalankan Secara Konsisten
         Peraturan dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap pegawai yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar.

Fleksibel
        Tindakan disipliner ditetapkan apabila seluruh informasi tentang pegawai telah dianalisa dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya, prestasi pekerjaan yang lalu, tingkat kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi.

Mengandung Nasihat
        Jelaskan secara bijaksana bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak dapat diterima. File pegawai yang berisi catatan khusus dapat digunakan sebagai acuan, sehingga mereka dapat memahami kesalahannya.

Tindakan Konstruktif
       Pimpinan harus yakin bahwa bawahan telah memahami perilakunya bertentangan dengan tujuan organisasi dan jelaskan kembali pentingnya peraturan untuk staf maupun organisasi. Upayakan agar staf dapat mengubah perilakunya sehingga tindakan indisipliner tidak terulang lagi.

Follow Up (Evaluasi)
            Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah perilaku bawahan sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak berubah, pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner.

         Untuk membangun kedisiplinan organisasi sendiri ada beberapa tahapan yang harus dijalankan. Yang pertama melalui teguran lisan. Teguran ini dimaksudkan agar anggota organisasi tidak melakukan kesalahannya berulang kembali. yang kedua, adalah teguran dalam bentuk tertulis. Hal ini dilakukan jika peringatan pertama tidak diindahkan atau kesalahan pegawai atau anggota diulang kembali. Jika sudah dilakukan perinngatan kedua pegawai atau anggota organisasi tersebut masing mengulangi kesalahan yang sama maka tindakan ketiga atau yang terakhir harus dijalankan. Tindakan ketiga adalah skorsing terhadap orang tersebut. Skorsing sendiri diambil harus melalui rapat pimpinan organisasi tersebut bersama pengurusnya. Skorsing sendiri wujudnya bisa bermacam-macam berdasarkan tingkat kesalahan yang dibuat anggotanya. Bisa menggunakan metode mutasi, penurunan pangkat, pemotongan gaji maupun Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

No comments:

Post a Comment

35 Nama Provinsi dan Ibukota di Indonesia

35 Nama Provinsi dan Ibukota di Indonesia A. Pulau Sumatra 1. Nanggroe Aceh Darussalam / NAD (Daerah Istimewa) Ibu Kota Banda Aceh 2...